ROSALIA, HAPSARI INDRI (2016) ANALISA DESKRIPTIF VARIASI KASUS FRAKTUR DI BANGSAL BETHA RS PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG TRIWULAN 1 TAHUN 2016. Skripsi,Fakultas Kesehatan.
| PDF Download (5Kb) | Preview | |
| PDF Download (408Kb) | Preview | |
| PDF Download (100Kb) | Preview | |
| PDF Download (89Kb) | Preview | |
| PDF Download (304Kb) | Preview | |
| PDF Download (267Kb) | Preview | |
| PDF Download (433Kb) | Preview | |
| PDF Download (432Kb) | Preview | |
| PDF Download (117Kb) | Preview | |
| PDF Download (280Kb) | Preview | |
| PDF Download (162Kb) | Preview | |
| PDF Download (222Kb) | Preview | |
| PDF Download (86Kb) | Preview |
Abstract
Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Hasil survey menunjukkan pada tahun 2015, bangsal Betha adalah bangsal yang paling banyak pasiennya yaitu mencapai 3589 pasien. Hasil survey awal peneliti, pada 10 pasien BPJS yang mengalami fraktur menunjukkan bahwa 80% memiliki nilai klaim yang lebih rendah dari nilai tarif rumah sakit. Hal ini berarti rumah sakit mengalami kerugian. Besar kerugiannya mencapai Rp. 25.187.339. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa variasi kasus fraktur di bangsal Betha RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang triwulan I tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan kasus fraktur (BPJS dan non BPJS) yang dirawat di bangsal Betha pada triwulan I tahun 2016 sejumlah 117 pasien. Metode pengumpulan data adalah observasi laporan rekapitulasi rawat inap triwulan I tahun 2016, index penyakit dan dokumen rekam medis pasien serta wawancara dengan petugas Indeksing dan Koding, petugas INA CBG’s, dan Kepala rekam medis. Analisis data secara deskriptif. Selama bulan Januari – Maret 2016, jumlah pasien dengan kasus fraktur sebanyak 117 pasien, jumlah pasien BPJS dengan kasus fraktur sebanyak 21 pasien (17,94%). Pada pasien BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan diagnosis utama Fraktur Radius dan Fraktur Collis Sinistra masing-masing (14,3%). Pasien non BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan diagnosis utama Fraktur Nasal (11,5%). Pada pasien BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan diagnosis sekunder anemia (9,5%). Pasien non BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan diagnosis sekunder hipertensi (3,1%). Pasien BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan jenis tindakan ORIF (33,3%). Pasien non BPJS dengan kasus fraktur paling banyak dengan jenis tindakan ORIF (72,94%). Pasien BPJS dengan kasus fraktur paling banyak memiliki lama dirawat 2 hari (47,6%). Pasien non BPJS dengan kasus fraktur paling banyak memiliki lama dirawat 3 hari (30,2%). Pasien BPJS dengan kasus fraktur dengan tingkat keparahan I (61,9%) lebih besar dibandingkan tingkat keparahan II (38,1%). Pasien BPJS dengan kasus fraktur, lebih banyak terjadi kerugian (85,7%). Besar kerugiannya mencapai Rp. 106.943.191. Disarankan perlu dibuat dan ditetapkan clinical pathway yang berlaku di RS Panti Wilasa Dr. Cipto sebagai pedoman dalam pelayanan, perlu dibentuk tim kendali mutu dan kendali biaya, perlu adanya sosialisasi tentang penulisan diagnosis maupun kode sebab luar. Kata kunci : Fraktur, Variasi Kasus, Deskriptif
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | Universitas Dian Nuswantoro > Fakultas Kesehatan > Rekam Medis dan Informatika Kesehatan Kesehatan > Rekam Medis dan Informatika Kesehatan |
Divisions: | Fakultas Kesehatan |
Depositing User: | Psi Udinus |
Date Deposited: | 22 Sep 2016 14:53 |
Last Modified: | 22 Sep 2016 14:53 |
URI: | http://eprints.dinus.ac.id/id/eprint/20317 |
Actions (login required)
View Item |