UDiNus Repository

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PENGEMASAN PRIMER DAN SEKUNDER PT ULAM TIBA HALIM SEMARANG 2005

HERIYANTO, (1970) HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PENGEMASAN PRIMER DAN SEKUNDER PT ULAM TIBA HALIM SEMARANG 2005. Skripsi,Fakultas Kesehatan.

[img]
Preview
PDF
Download (4Kb) | Preview

    Abstract

    PT. Ulam Tiba Halim Semarang di bagian pengemasan primer intensitas kebisingannya melebihi NAB yaitu 91,4 dBA, sedangkan di bagian pengemasan sekunder intensitas kebisingannya dibawah NAB yaitu 79,0 dBA. Walaupun demikian tenaga kerja tidak memakai Alat Pelindung Telinga, sehingga tenaga kerja banyak yang mengeluh bahwa dalam proses komunikasi di dalam ruang kerja sangat terganggu. Salah satu cara untuk mengetahui adanya gangguan telinga pada tenaga kerja yaitu dengan cara pengukuran tingkat pendengaran menggunakan audiometri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada tenaga kerja di bagian pengemasan primer dan sekunder PT. Ulam Tiba Halim Semarang 2005. Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory reseach secara Cross Sectional. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan pengukuran, kuesioner dan wawancara dengan jumlah sampel 32 responden. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan dengan gangguan pendangaran pada tenaga kerja di bagian pengamasan primer dan sekunder dengan menggunakan uji Rank Spearman. Berdasarkan data audiometri dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di pengemasan primer mengalami gangguan pendengaran ringan (telinga kanan 88,2%, telinga kiri 94,1%). Sedangkan responden di pengemasan sekunder sebagian besar (93,3%) tidak mengalami gangguan telinga kanan maupun kiri. Ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran telinga kanan maupun kiri pada tenaga kerja di bagian pengemasan primer dan sekunder PT. Ulam Tiba Halim Semarang 2005 dengan P value 0,0001. dengan nilai koefisien korelasi telinga kanan sebesar 0,757 yang berarti mempunyai hubungan kuat dan telinga kiri 0,814 yang berarti mempunyai hubungan sangat kuat. Maka untuk menekan risiko kecelakaan dan penyakit umum maupun akibat kerja perlu upaya untuk memelihara kesehatan kerja karyawan yang meliputi usaha preventif maupun korektif dengan cara pengendalian kebisingan secara teknis maupun administratif, penyediaan alat pelindung telinga dan pemeriksaan kesehatan termasuk fungsi pendengaran secara berkala.

    Item Type: Article
    Subjects: Universitas Dian Nuswantoro > Fakultas Kesehatan > Kesehatan Masyarakat
    Kesehatan > Kesehatan Masyarakat
    Divisions: Fakultas Kesehatan
    Depositing User: Psi Udinus
    Date Deposited: 07 Oct 2014 15:26
    Last Modified: 20 Nov 2014 22:28
    URI: http://eprints.dinus.ac.id/id/eprint/7508

    Actions (login required)

    View Item